Tugas Resensi Buku Softskill Bahasa Indonesia 2 Dosen: Ibu Wahyuni Choiriyati
Tugas Softskill Bahasa Indonesia 2
Dosen: Ibu Wahyuni Choiriyati
Resensi Buku Biografi
RESENSI BUKU “SUCCESS SPIRIT SUSI PUDJIAASTUTI PEREMPUAN
LAUT.”
IDENSTITAS BUKU
Judul Buku : SUCCESS SPIRIT SUSI PUDJIASTUTI PEREMPUAN LAUT
Judul Buku : SUCCESS SPIRIT SUSI PUDJIASTUTI PEREMPUAN LAUT
Penulis : Tikah Kumala
Penerbit : Rona Publishing
Cetakan : Pertama
Jumlah halaman : 146 halaman
ISBN : 978-602-14935-8-8
Penerbit : Rona Publishing
Cetakan : Pertama
Jumlah halaman : 146 halaman
ISBN : 978-602-14935-8-8
Harga : Rp. 45.000
·
KEHIDUPAN
PRIBADI.
Januari 1965 bukanlah awal tahun
yang bai bagi Indonesia. Di tengah inflasi yang meroket tajam, rakyat juga
dibuat cemas oleh isu kudeta terhadap pemerintahan Soekarno. Jangankan eforia
tahun baru yang menggebu-gebu, hari-hari justru melaju penuh ketegangan. Pada
saat itulah, kondisi ekonomi negara dan rakyat benar-benar terpuruk. Ya, pada
bulan Januari di tahun yang menyimpan sejarah kelam Indonesia inilah anak
sulung pasangan H. Ahmad Karlan dan Hj. Suwuh Lasminah lahir. Ia dilahirkan di
Pangandaran seminggu lebih satu hari pasca Bung Karno menyatakan bahwa Republik
Indonesia keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Tanggal 15 Januari 1965 tepat
dihari seorang petani bernama Soedarno diserbu dan dianiaya BTI di desa Gayam,
Kediri, karena diangggap mengerjakan sawah sengketa-Susi Pudjiastuti lahir. Ia
lahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Bagi kedua orangtuanya,
kelahiran Susi seperti pendingin ruangan disaat cuaca negeri sedang
panas-panasnya. Ia diberi nama Susi Pudjiastuti dengan harpan (kelak) akan
mnjadi anak perempuan yang dipuji dan dihargai secara tulus. Sebagian orang
percaya bahwa nama tak ubahnya sebuah doa. Mungkin begitulah yang terjadi pada
susi. Seperti halnya Indonesia yang bersusah payah bangkit dari keterpurukan di
tahun 1965, Susi pun demikian bersakit-sakit dahulu sebelum mencapai kesuksesan
sekarang ini.
Ketika Susi mnginjak tahun ke-7,
Pangandaran masih sepi. Meski begitu Susi bisa dikatakan beruntung karena
tumbuh ditengah keluarha yang berkecukupan. Tahun 1972 Susi memasuki bangku
sekolah pertamanya di SD Negeri 8 Pangandaran. Setelah lulus dari SD, ia
melanjutkan sekolah SMP Negeri 1 Pangandaran pada tahun 1978. Prestasi Susi di
SD dan SMP sangat membanggakan. Ia selalu mengantongi juara kelasnya. Selain
gemar belajar Susi kecil sangat suka membaca berbagai buku sehingga wawasannya
sangat terpupuk.Seperti tidak ingin menyia-nyiakan kecerdasan anaknya, Ahmad
Karlan kemudian mengirim Susi ke Jogjakarta untuk melanjutkan pendidikannya di
SMA Negeri 1 Jogjakarta pada tahun 1980, Sekolah tersebut merupakan SMA yang
cukup bergengsi di Kota Gudeg.
Selama di SMA Susi, Susi dikenal
oleh teman-temannya sebagai pribadi yang baik hati, mandiri dan jujur. Meski
kehidupan sosialnya baik-baik saja, akan tetapi ia merasa tidak cocok dengan
kurikulum sekolahnya yang dirasa terlalu “mendikte”. Karakter Susi yang bebas
dan memiliki semangat independensi tinggi membuat hatinya berontak. Ia merasa
tidak berkembang berada di sekolah dengan system yang tidak disukainya.
Barangkali karena kegelisahan itulah nilai sekolahnya menjadi kurang menonjol.
Meskipun pikiran kritisnya
terhadap kurikulum sekolah membuat dadanya sesak, tapi Susi tetap bertahan
sampai naik ke kelas dua dan mengambil jurusan IPS. Ia menjalani aktivitas
belajarnya seperti biasa. Akan tetapi, nasib malang menghampiri, selama di
kelas dua ia sering sakit-sakitan karena pernah kecelakaan. Melihat anaknya
sakit-sakitan, orangtua Susi kemudian memintanya pulang ke Pangandaran untuk
berobat. Sebuah kepulangan yang tidak pernah disangka menjadi petanda buruk
dari kepulangan lain. Pasalnya, saat harus kembali sekolah, Susi justru memilih
sikap yang disesalkan banyak pihak. Terutama Ahmad Karlan yang sangat terpukul
dan kecewa atas peristiwa tersebut. Memangnya, orangtua mana yang rela melihat
anaknya drop outdi kelas dua SMA padahal ia orang berpunya? Tapi keputusan itu
seperti paku yang ditancapkan kuat-kuat ke dinding tembok, sehingga tidak ada
yang bisa menggoyangkannya.
Tahun 1982, usia Susi 17 tahun
dan tengah duduk di kelas dua semester genap. Ketika itu Indonesia sedang sibuk
dengan pemilu yang akan digelar sekitar bulan Maret. Susi muda dengan pikiran kritis
dan semangat menggebu-gebu melakukan demonstrasi menentang pemilu Orde Baru. Ia
berjualan kaos golput dan mengajak masyarakat untuk tidak memberikan hak
suaranya. Pilihan yang dinilai sangat berani oleh gadis yang masih bau kencur.
Apalagi pada masa itu, gerakan golput adalah hal yang terlarang karena
menentang penguasa yang sangat kuat. Akibat keberaniannya tersebut Susi harus
mendapat peringatan keras yang membuat ia dikeluarkan dari sekolahnya. Bukan
karena ia bodoh atau tersudut soal biaya, tapi Susi dikeluarkan karena adanya
alasan politis, Bahkan tidak hanya dipecat dari sekolahnya tapi ada sumber lain
yang mengatakan kalau Susi juga sempat ditahan karena kampanye golput. Kabar
tersebut memang tidak benar-benar valid, tapi yang pasti Susi adalah salah satu
dari sekian korban politik Orde Baru di tahun 1982.
Meskipun ada ketakutan akan masa
depannya yang hanya berijazah SMP, namun Susi tidak larut dalam penyesalan. Ia
berpikir bahwa inilah konsekwensi dari pilihan hidupnya. Berangkat sekolah
memang bukan tempat yang cocok untuk mencari sesuatu yang membuatnya lebih
berkembang. Jadi, setelah drop out karena pilihannya tersebut, Susi pun
benar-benar pulang ke kampong Pangandaran sebagau anak putus sekolah.
Tiga puluh
dua tahun pasca kejadian tersebut, Susi harus kembali mengingat masa-masa suram
dalam hidupnya. Sebagai public figure, banyak yang mempertanyakan penyebab ia
berhenti sekolah di kelas dua SMA. Alasan-alasan yang dikonsumsi public pun beraneka
ragam.
Rabu tanggal 29 Oktober 2014,
sebuah media menghubungi Subandiono, staf pengajar dan bagian hubungan
masyarakat di SMA N 1 Jogjakarta. Dari keterangan yang diperoleh, alasan
tentang keluarnya Susi tidak ditemukan di buku administrasi.
Jalan hidup yang diambil Susi
mengenai pendidikannya memang menimbulkan pro dan kontra di tahun 2014. Ada
pihak yang mengacungi jempol karena tanpa ijazah sekalipun ia membuktikan pada
dunia ia bisa sukses. Tapi pihak lain juga menuduh Susi sebaga orang yang tidak
mementingkan pendidikan, sehingga dikhawatirkan dapat menjadi contoh buruk bagi
generasi anak bangsa selanjutnya. Padahal sebenarnya Susi tidak pernah
menafikan bahwa kesuksesan dia tanpa ijaah adalah faktor usaha keras dan
keberuntungan. Ia mengakui bahwa di luar dirinya, masih banyak otang yang
sukses karena berpendidikan tinggi. Bahkan ia sendiri sadar bahwa sekolah itu
penting. Ia menyadari betul bahwa orang yang tidak tamat sekolahnya seperti dia
harus berketja tiga kali lebih keras untuk tetap bertahan hidup. Seperti
pengakuan Susi kepada sahabatnya, Uni Lubis.
Menempuh status baru dari
seorang pelajar menjadi pengangguran, jelas bukan suatu yan diharapkan oleh
Susi Pujdiastuti. Sejatinya, tidak ada yang berharap tertimpa masalah,
begitupun dengan wanita asal Pangandaran ini.
Tahun
1982, Susi meninggalkan bangku sekolahnya di SMA Negeri 1 Yogyakarta. Hanya
berbekal ijazah SMP hatinya sempat ciut menatap masa depannya yang akan datang.
Maka ditengah perang dingin dengan sang ayah, ia memulai bisnisnya sebagai
penjual Badcover. Tekadnya untuk mandiri ia tunjukkan dengan tidak bergantung
dengan siapapun. Susi memang keras kepala dan memiliki semangat independen yang
tinggi. Sampai-sampai untuk modal bisnisnya, ia harus menjual perhiasannya yang
berupa gelang dan cincin. Perhiasan tersebut adalah pemberian orangtuanya untuk
dia. Maka setelah mendapat izin untuk menjual perhiasan yang sudah jadi haknya
tersebu, Susi melepasnya dengan harga 750 ribu. Dari uang itulah ia bertarung
dalam dunia dagang yang tak gampang.
Selain bed cover, Susi juga
berjualan cengkeh. Tapi karena keduanya tidak berkembang bagus, maka ia beralih
profesi sebagai penjual ikan. Saat itu, ia tersadar bahwa ada potensi besar
dalam dunia maritim yang membentang di sekitarnya. Bukankah Pngandaran adalah
tempa pendaratan ikan yang amat potensial di pesisir pantai selatan Pulau Jawa?
Bayangkan, tiap hari ada ratusan nelayan mendaratkan perahu-perahunya di pantai
itu, dengan hasil ikan yang melimpah. Membayangkan semua itu, dada Susi terasa
longgar karena artinya ada harapan baru bagi masa depannya.
#Penjual Ikan Sampai Bangun “Susi Brand”
Di dunia ini agaknya tidak ada
pekerjaan yang mudah dilakukan. Tapi seseorang akan merasa betah hanya jika ia
senang dan mau bersyukur. Itulah gambaran awal dimana Susi memasuki dunia maritime.
Tiap pagi di jam-jam tertentu, ia bersama pedagang lainnya berkerumun di TPI
9tempat pelelangan ikan)sebagai peserta lelang. Menjadi peserta lelang, ia
harus memiliki kemampuan berpikir cepat dalam menaksir harga jual ikan-ikan itu
akan dijual. Sehingga kecepatan tersebut akan menguntungkan dia dalam mengambil
keputusan membeli iakn lelangan. Ketika pertama kali menjadi peserta lelang,
bahkan ia hanya mendapatkan 1 kg ikan, yang ia jual ke resto kecil kenalannya. Meski
bukan awal yang baik tapi Susi tetap pantang menyerah menggeluti profesi
barunya tersebut. Ia pikir ia hanya butuh sabar dalam berproses. Sebagai
pedagang Susi sadar betul dengan adanya untung dan rugi yang berjalan
beriringan disampinya. Meskipun banyak keuntungan yang ia dapat, tapi kerugian
tak luput terhindari.
Setelah satu bulan berjualan
ikan, selanjutnya Susi beralih menjadi pengepul ikan. Perkembangan yang luar
biasa. Maka tidak heran jika satu tahun berlalu, Susi sudah bisa menguasai
pasar Pangandaran dan Cilacap. Sebenarnya bukan saja bahagia karena usahanya
kian maju, tapi juga karena hubungannya dengan sang ayah mulai membaik. Pada
saat itulah ia bertemu dengan Yoyok uang menikahinya pada tahun 1983.
Sebagai pemasok ikan yang
cerdas, Susi menemukan kata kunci baru untuk mensiasat kemajuan bisnisnya. Ia
menemukan kata segar. Ya hanya ikan segar yang akan laku keras di Jakarta. Tapi
mana mungkin membawa ikan-ikannya tetap segar sedangkan jarak Pangandaran dan
Jakarta tidak dekat? Untuk sampai ke Jakarta, ikan-ikannya harus menempuh
perjalanan yang jaraknya ratusan kilometer. Ini jelas masalah besar dalam
persaingan bisnis ikan-ikan segar. Maka dengan kejeniusannya, Susi menemukan
solusi cerdas.
“Saya
mulai mengusahakan mobil untuk mengangkut ikan-ikan yang berhasil saya
kumpulkan,” katanya.
Awalnya ia hanya menyewa mobil,
sampai kemudian berhasil membeli truk. Untuk membawa ikan-ikannya ke Jakarta,
ia melengkapi dengan system pendingin es batu. Ikan-ikan yang dibawa dari
Pangandaran langsung ia drop ke pasar-pasar di Jakarta. Pilihan lokasi yang
tepat, sebab tidak lama berselang ia dipercayai oleh beberapa pabrik untuk
menjadi pemasok tetap ikan segar yang akan diekspor.
Kejelian Susi berburu Lobster
membuahkan hasil dengan berdirinya PT. ASI Pudjiastuti Marine Product pada
tahun 1996. PT tersebut adalah pabrik pengolahan ikan dengan produk unggulan
berupa lobster. Hasilnya menakjubkan! Tahun itu juga Susi mencatatkan diri
sebagai pembisnis ikan dari Indonesia yang berhasil mengekspor lobster beku ke
Jepang dengan labek Susi Brand.
Dengan hadirnya Susi Brand, Susi
juga menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat. Ada ratusan
tenaga kerja local diserap pabriknya untuk menyiangi ikan. Seperti prinsipnya
yang ramah lingkungan, meskipun mendirikan pabrik, ia tetap memperhatikan
bagaimana penyaluran limbahnya denga baik.
·
BAHASA
PENGARANG
Bahasa pengarang dalam buku ini menggunakan bahasa yang komunikatif
sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau dengan kata lain pesan yang ingin
disampaikan oleh pengarang dapat dipahami langsung oleh pembaca.
·
KEUNGGULAN
Keunggulan buku ini membahas tentang betapa pentingnya kerja keras untuk
kehidupan yang lebih baik lagi. Dan membuktikan bahwa wanita tidak dipandang
sebelah mata, wanita yang mampu membuat dunia sangat mengaguminya atas kerja
keras dan keuletannya dalam menjalani hidup. Dengan hidup mandiri dan kerja
keras seseorang dapat dihargai. Pesan yang disampaikan sangat mudad dipahami
oleh pembaca.
·
KELEMAHAN
Kelemahan dalam buku ini kurangnya memberikan pemahaman bagi pembaca
khususnya para pemula sehingga pesan yang diutarakan oleh pengarang tidak
tersampaikan pada pembaca.
Merry
Riana: Mimpi Sejuta Dolar
IDENTITAS
BUKU
Pengarang :
Merry Riana
Penulis :
Alberthine Endah
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Tempat
terbit : Jakarta
Tahun terbit :
Cetakan keempatbelas edisi cover film, Desember 2014
Jumlah halaman : 362 halaman
Titik awal keberhasilan adalah impian.
Buku karangan Merry Riana ini
sangat menginspirasi para pembacanya untuk terus berusaha meraih kesuksesan
yang diharapkan dan yang dicita-citakan. Saat ini Merry Riana merupakan wanita
motivator No 1 di Indonesia karena kesuksesannya yang menginspirasi banyak
orang baik di Singapura maupun di Indonesia.
Dari seorang mahasiswi dengan
ekonomi pas-pasan, Merry Riana, anak muda Indonesia, menjelma menjadi miliuner
muda dan diakui sebagai pengusaha sukses, motivator yang sangat dinamis, serta
pengarang buku terlaris di Singapura. Melewatkan masa kuliah yang penuh dengan
keprihatinan finansial di Nanyang Technological University, Merry kemudian
menciptakan perubahan paradigma berpikir dan memulai suatu perjuangan dengan
konsep dan etos kerja keras luar biasa. Akhirnya, dia berhasil meraih
penghasilan 1 juta dolar di usia 26 tahun.
Kini
Merry ingin menciptakan dampak positif di dalam kehidupan banyak orang,
terutama di Indonesia.
“Hidup
adalah sesuatu yang bergerak. Kekuatan manusia bukanlah sesuatu yang statis.
Tuhan menganugerahkan segala fitur pembangkit keberhasilan di dalam tubuh dan
pikiran kita. Aku bersyukur karena menyadari itu sejak muda untuk meraih
sukses.”
Petikan
kalimat Merry Riana itu menjadi prolog buku karya Alberthine Endah. Merry Riana
yang terlahir dari keluarga yang sederhana dari seorang ayah yang sangat
penyayang dan dari seorang ibu yang penuh perhatian dan penuh kasih membawanya
sulit untuk berada jauh dari keduanya.
Berawal dari Tragedi Trisakti
tahun 1998, membawa Merry Riana terdampar di negeri orang. Keputusan untuk
melanjutkan kuliah di Universitas Trisakti Jakarta tersebut harus pupus begitu
saja karena keadaan yang tidak memungkinkan. Wilayah Jakarta yang saat itu
sedang ada dalam kecaman, membuat semua orang merasa tidak tenang dan selalu
dilanda kegelisahan. Ayahnya memutuskan untuk menyekolahkan Merry Riana di
Nanyang Technological University (NTU) di negeri Singa, Singapura. Keputusan
ayah adalah keputusan terbaik. Itulah harapan terakhir Marry Riana.
Dengan berat hati, Merry Riana
harus pergi meninggalkan keluarga dan negara Indonesia yang sangat dicintainya.
Tidaklah mudah untuk bisa bertahan hidup di negeri orang. Berjuang
mempertahankan hidup dengan segala keterbatasan hidup dan keterbatasan ekonomi.
Krisis ekonomi moneter yang melanda Indonesia membuatnya harus pandai mengatur
biaya hidup di negeri Singa itu.
Kuliah hari pertama di NTU
menyambutnya dengan peringatan jelas, betapa uang yang dimilikinya tidaklah
berarti banyak. Uang yang dikeluarkan untuk pertama kalinya adalah saat ia
memesan nasi goreng tanpa campuran apa-apa. Nasi goreng polos. Ia harus
merelakan lembaran uang dolar pemberian ayahnya untuk membayar nasi
goreng dengan harga dua dolar atau setara dengan dua puluh ribu rupiah saat
itu. Dua puluh ribu hanya untuk sepiring nasi goreng polos. Apalah arti 20 ribu
rupiah. Tetapi bagi seorang mahasiswi dengan bekal uang pas-pasan dan
dihadapkan pada tuntutan bertahan di masa yang akan panjang selama studi, itu
adalah persoalan serius.
Merry Riana tidak bisa selamanya
mengandalkan uang kiriman dari kedua orangtuanya. Dia menyadari bahwa kiriman
dari orangtua tidak selamanya cukup untuk mencukupi kebutuhan kuliah dan
kebutuhan pribadinya. Meskipun sudah berusaha berhemat, namun kebutuhan
tidaklah selamanya statis. Maka dari itu, dengan niat yang kuat ia memutuskan
untuk bekerja. Pekerjaan pertama yang ia terima adalah sebagai pembagi brosur.
Meskipun upah yang diterimanya tidaklah seberapa, yaitu 5 dolar dalam waktu
satu jam.
Dari pekejaan pertamanya, tidak
memberikan rasa putus asa untuk Merry Riana terus bekerja dan bekerja. Ia pun
pernah bekerja sebagai pelayan, kerja magang, menjadi sales, dan harus berjuang
di jalanan hingga tengah malam dengan 20 presentasi dan rasa lelah yang selalu
menyurutkan semangatnya untuk melanjutkan pekerjaannya. Beruntung Merry Riana
memiliki seorang partner yang sangat setia menemani, memberikannya semangat dan
motivasi untuk terus berjuang dan berusaha dalam mempertahankan hidup dengan
bekerja mencari nafkah untuk menghidupi dirinya sendiri.
Tak sia-sia. Dari semua
pekerjaan yang ia jalani membawanya kedalam masa keemasannya. Dalam usia 26
tahun, ia bisa mendapatkan penghasilan finansial satu juta dolar, berhasil
menjadi miliader muda, dan sukses mengembangkan organisasinya yaitu Merry Riana
Organization (MRO) di Singapura, meraih beberapa penghargaan diantaranya Star
Club President, Top Rookie Consultant of The Year Award, Top Manager of
The Year Award dan Agency Development Award. Selain itu, tahun 2006
Marry Riana dianugrahiNanyang Outstanding Young Alumni Award oleh rektor
NTU, kemudian pada tahun 2008 dianugerahi Spirit of Enterprise Award sebagai
seorang pengusaha bisnis paling sukses di Singapura dan beberapa penghargaan
lainnya.
Jurus-jurus Merry Riana untuk
sukses adalah 1) siapapun berhak sukses, 2) jangan pernah takut gagal, 3)
berusahalah menjadi berbeda, 4) jeli dalam mengamati konsep kerja, 5)
menghargai proses dan lihatlah hasilnya, 6) kebebasab fianansial-visi yang
jelas, 7) disiplin adalah sebuah keharusan, 8) miliki passion, 9) peka
pada peluang, 10) berhemat dan menabung dan 11) kekuatan iman.
·
KEUNGGULAN
Buku ini berisi pengalaman
perjuangan Merry beserta hikmah yang sangat inspiratif dan bisa diterapkan untuk mencapai sukses dalam kehidupan.
Kunci kesuksesan dapat diraih dengan cara kita sendiri, dan harus dengan
bersungguh-sungguh dan kerja keras agar dapat dicapai.
·
KELEMAHAN
Buku ini hanya dibaca oleh orang-orang tertentu saja. Seharusnya
buku ini tidak dijual dengan harga cukup mahal, supaya bisa diminati oleh
banyak orang yang ekonominya cukup rendah agar kesadaran membaca buku semakin
meningkat dan bisa diterapkan dikehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar