Kamis, 30 Juni 2016

TUGAS SOFTSKILL FEATURE (HUMAN INTEREST)

                                                    Kerja Keras Seorang Tukang Sampah.

            Setiap hari beliau mendorong gerobak sampah berkeliling dari satu rumah ke rumah lainnya. Untuk mengangkut sampah yang sudah menumpuk di dapur, tanpa rasa lelah beliau setiap hari mengerjakan tugasnya mengangkut sampah dari rumah warga. Walaupun lelah beliau tetap bekerja demi keluarganya di kampung, Hari itu aku memulai rutinitas pagi seperti biasa. Membangunkan si kecil, berberes rumah kemudian memasak. Memang tak ada yang berbeda dengan hari-hari sebelumnya kecuali mulai tercium bau tidak sedap dari tempat sampah di depan rumah. 
           
            Sudah empat hari ini, sampah belum juga diangkut oleh petugasnya. Beberapa tetangga, seperti Bu Yati, Bu Prapti atau Tante Mega sudah mulai merisaukan kondisi RT kami. Maklumlah, sampah yang menggunung membuat kesehatan kami terganggu. Apalagi Tante Butet, sejak pagi tadi sudah memulai ceramahnya saat kami membeli sayur dari Pak Satiri. 
"Kenapa aja si Pak Utomo? Sudah empat hari sampahnya kok ga diangkut-angkut ya?" sungut Tante Butet. 

            Semenjak aku tinggal di perumahan kami, Pak Utomo sudah bertugas sebagai tukang sampah. Bisa dibilang aku termasuk orang baru, maklum kami baru tinggal sekitar empat tahun di sini. Sementara Pak Utomo sudah setia menjadi tukang sampah di perumahan kami sekitar 10 tahun, atau sejak komplek kami berdiri. 

            Dari beberapa kali perbincangan dengan Pak Utomo saat aku memintanya memangkas daun pohon belimbing sekaligus merapikan tanaman di depan rumah, aku tahu kalau ia berusia 50-an. Pak Utomo biasa mengambil pekerjaan tambahan seperti ini dari penghuni kompleks. 
Ia sudah berkeluarga dan memiliki dua orang anak. Anak terkecilnya sekarang kelas lima SD dan yang sulung kelas dua SMU. Sementara istri Pak Utomo bekerja sebagai buruh cuci dan menjual barang-barang sehari-hari di rumah kontrakan mereka. 
            Bisa dibilang kehidupan keluarga Pak Utomo demikian bersahaja. Kendati amat sulit hidup di Jakarta, bayangkan saja berapa sih pendapatan sebagai tukang sampah? Ia selalu tersenyum ramah saat bertugas mengangkut sampah kami.  Bahkan secara tidak langsung tukang sampah seperti Pak Utomo ini adalah pahlawan bagi kita lho. Bayangkan saja ancaman penyakit dari sampah yang mereka angkut. Apalagi Pak Utomo tak menggunakan perlengkapan yang memadai seperti masker, sepatu boot serta sarung tangan saat mengangkut sampah. Perlengkapannya sehari-hari ya cuma gerobak sampah, baju sehari-hari serta sendal jepit saja setiap ia berkeliling kompleks. 

            Di hari kelima, akhirnya Pak Utomo mulai mengangkut sampah kami. Spontan, tetangga-tetanggaku yang rajin berceramah itu mengerubuti Pak Utomo meminta penjelasannya. 
"Gimana sih Pak? Kemana aja empat hari ini? Sampah dah numpuk, Tau!" 
"Iya sih pak. Anakku kan bisa sakit gara-gara sampah!' 
'Bau banget pak. Sekarang aja lalatnya udah banyak banget, lihat aja tuh!" 
Pak Utomo tetap tenang, tapi perlahan air mata mengalir di pipinya. Ini pertama kalinya kami melihat ia menangis. Sontak ibu-ibu terdiam melihat air mata Pak Utomo. 
"Mohon maaf ibu-ibu. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Istri saya meninggal dunia di kampung. Dia sudah lama sakit. Saya mohon maaf karena baru bisa kembali mengangkut sampah sekarang." 
           
            Mendengar jawaban itu kami semua terkejut dan terpana. Kemarahan ibu-ibu sontak berubah menjadi simpati kepada Pak Utomo. Akhirnya setelah melalui rapat kilat, warga satu komplek yang terdiri dari beberapa RT sepakat memberikan sumbangan kepada Pak Utomo. Mungkin tak seberapa, tapi setidaknya bisa membantu meringankan bebannya.  Bak disadarkan ada beberapa tetangga yang memberikan bantuan buat dua orang anak Pak Utomo. Seperti layaknya orang tua asuh, mereka sepakat untuk membantu biaya anak-anak itu hingga lulus SMU.  Selama ini kami semua tak pernah menyadari betapa berjasanya seorang tukang sampah. Coba kalau tak ada Pak Utomo, bisa-bisa banyak keluarga yang terkena penyakit dan terganggu kesehatannya. Terimakasih Pak Utomo, baru kini aku, keluarga dan warga satu komplek menyadari kalau tukang sampah juga pahlawan tanpa tanda jasa juga. 

Rabu, 01 Juni 2016

Tugas Resensi Buku

Tugas Resensi Buku Softskill Bahasa Indonesia 2 Dosen: Ibu Wahyuni Choiriyati

Tugas Softskill Bahasa Indonesia 2
Dosen: Ibu Wahyuni Choiriyati
Resensi Buku Biografi



KHARUNIA APRILIANSYAH PUTRI
14213836
3EA18

RESENSI BUKU “SUCCESS SPIRIT SUSI PUDJIAASTUTI PEREMPUAN LAUT.”




IDENSTITAS BUKU
Judul Buku                  : SUCCESS SPIRIT SUSI PUDJIASTUTI PEREMPUAN LAUT
Penulis                        : Tikah Kumala
Penerbit                       : Rona Publishing
Cetakan                       : Pertama
Jumlah halaman          : 146 halaman
ISBN                           : 978-602-14935-8-8
Harga                          : Rp. 45.000

·         KEHIDUPAN PRIBADI.
                Januari 1965 bukanlah awal tahun yang bai bagi Indonesia. Di tengah inflasi yang meroket tajam, rakyat juga dibuat cemas oleh isu kudeta terhadap pemerintahan Soekarno. Jangankan eforia tahun baru yang menggebu-gebu, hari-hari justru melaju penuh ketegangan. Pada saat itulah, kondisi ekonomi negara dan rakyat benar-benar terpuruk. Ya, pada bulan Januari di tahun yang menyimpan sejarah kelam Indonesia inilah anak sulung pasangan H. Ahmad Karlan dan Hj. Suwuh Lasminah lahir. Ia dilahirkan di Pangandaran seminggu lebih satu hari pasca Bung Karno menyatakan bahwa Republik Indonesia keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
                Tanggal 15 Januari 1965 tepat dihari seorang petani bernama Soedarno diserbu dan dianiaya BTI di desa Gayam, Kediri, karena diangggap mengerjakan sawah sengketa-Susi Pudjiastuti lahir. Ia lahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Bagi kedua orangtuanya, kelahiran Susi seperti pendingin ruangan disaat cuaca negeri sedang panas-panasnya. Ia diberi nama Susi Pudjiastuti dengan harpan (kelak) akan mnjadi anak perempuan yang dipuji dan dihargai secara tulus. Sebagian orang percaya bahwa nama tak ubahnya sebuah doa. Mungkin begitulah yang terjadi pada susi. Seperti halnya Indonesia yang bersusah payah bangkit dari keterpurukan di tahun 1965, Susi pun demikian bersakit-sakit dahulu sebelum mencapai kesuksesan sekarang ini.
                Ketika Susi mnginjak tahun ke-7, Pangandaran masih sepi. Meski begitu Susi bisa dikatakan beruntung karena tumbuh ditengah keluarha yang berkecukupan. Tahun 1972 Susi memasuki bangku sekolah pertamanya di SD Negeri 8 Pangandaran. Setelah lulus dari SD, ia melanjutkan sekolah SMP Negeri 1 Pangandaran pada tahun 1978. Prestasi Susi di SD dan SMP sangat membanggakan. Ia selalu mengantongi juara kelasnya. Selain gemar belajar Susi kecil sangat suka membaca berbagai buku sehingga wawasannya sangat terpupuk.Seperti tidak ingin menyia-nyiakan kecerdasan anaknya, Ahmad Karlan kemudian mengirim Susi ke Jogjakarta untuk melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Jogjakarta pada tahun 1980, Sekolah tersebut merupakan SMA yang cukup bergengsi di Kota Gudeg.
                Selama di SMA Susi, Susi dikenal oleh teman-temannya sebagai pribadi yang baik hati, mandiri dan jujur. Meski kehidupan sosialnya baik-baik saja, akan tetapi ia merasa tidak cocok dengan kurikulum sekolahnya yang dirasa terlalu “mendikte”. Karakter Susi yang bebas dan memiliki semangat independensi tinggi membuat hatinya berontak. Ia merasa tidak berkembang berada di sekolah dengan system yang tidak disukainya. Barangkali karena kegelisahan itulah nilai sekolahnya menjadi kurang menonjol.
                Meskipun pikiran kritisnya terhadap kurikulum sekolah membuat dadanya sesak, tapi Susi tetap bertahan sampai naik ke kelas dua dan mengambil jurusan IPS. Ia menjalani aktivitas belajarnya seperti biasa. Akan tetapi, nasib malang menghampiri, selama di kelas dua ia sering sakit-sakitan karena pernah kecelakaan. Melihat anaknya sakit-sakitan, orangtua Susi kemudian memintanya pulang ke Pangandaran untuk berobat. Sebuah kepulangan yang tidak pernah disangka menjadi petanda buruk dari kepulangan lain. Pasalnya, saat harus kembali sekolah, Susi justru memilih sikap yang disesalkan banyak pihak. Terutama Ahmad Karlan yang sangat terpukul dan kecewa atas peristiwa tersebut. Memangnya, orangtua mana yang rela melihat anaknya drop outdi kelas dua SMA padahal ia orang berpunya? Tapi keputusan itu seperti paku yang ditancapkan kuat-kuat ke dinding tembok, sehingga tidak ada yang bisa menggoyangkannya.
                Tahun 1982, usia Susi 17 tahun dan tengah duduk di kelas dua semester genap. Ketika itu Indonesia sedang sibuk dengan pemilu yang akan digelar sekitar bulan Maret. Susi muda dengan pikiran kritis dan semangat menggebu-gebu melakukan demonstrasi menentang pemilu Orde Baru. Ia berjualan kaos golput dan mengajak masyarakat untuk tidak memberikan hak suaranya. Pilihan yang dinilai sangat berani oleh gadis yang masih bau kencur. Apalagi pada masa itu, gerakan golput adalah hal yang terlarang karena menentang penguasa yang sangat kuat. Akibat keberaniannya tersebut Susi harus mendapat peringatan keras yang membuat ia dikeluarkan dari sekolahnya. Bukan karena ia bodoh atau tersudut soal biaya, tapi Susi dikeluarkan karena adanya alasan politis, Bahkan tidak hanya dipecat dari sekolahnya tapi ada sumber lain yang mengatakan kalau Susi juga sempat ditahan karena kampanye golput. Kabar tersebut memang tidak benar-benar valid, tapi yang pasti Susi adalah salah satu dari sekian korban politik Orde Baru di tahun 1982.
                Meskipun ada ketakutan akan masa depannya yang hanya berijazah SMP, namun Susi tidak larut dalam penyesalan. Ia berpikir bahwa inilah konsekwensi dari pilihan hidupnya. Berangkat sekolah memang bukan tempat yang cocok untuk mencari sesuatu yang membuatnya lebih berkembang. Jadi, setelah drop out karena pilihannya tersebut, Susi pun benar-benar pulang ke kampong Pangandaran sebagau anak putus sekolah.
Tiga puluh dua tahun pasca kejadian tersebut, Susi harus kembali mengingat masa-masa suram dalam hidupnya. Sebagai public figure, banyak yang mempertanyakan penyebab ia berhenti sekolah di kelas dua SMA. Alasan-alasan yang dikonsumsi public pun beraneka ragam.
                Rabu tanggal 29 Oktober 2014, sebuah media menghubungi Subandiono, staf pengajar dan bagian hubungan masyarakat di SMA N 1 Jogjakarta. Dari keterangan yang diperoleh, alasan tentang keluarnya Susi tidak ditemukan di buku administrasi.
                Jalan hidup yang diambil Susi mengenai pendidikannya memang menimbulkan pro dan kontra di tahun 2014. Ada pihak yang mengacungi jempol karena tanpa ijazah sekalipun ia membuktikan pada dunia ia bisa sukses. Tapi pihak lain juga menuduh Susi sebaga orang yang tidak mementingkan pendidikan, sehingga dikhawatirkan dapat menjadi contoh buruk bagi generasi anak bangsa selanjutnya. Padahal sebenarnya Susi tidak pernah menafikan bahwa kesuksesan dia tanpa ijaah adalah faktor usaha keras dan keberuntungan. Ia mengakui bahwa di luar dirinya, masih banyak otang yang sukses karena berpendidikan tinggi. Bahkan ia sendiri sadar bahwa sekolah itu penting. Ia menyadari betul bahwa orang yang tidak tamat sekolahnya seperti dia harus berketja tiga kali lebih keras untuk tetap bertahan hidup. Seperti pengakuan Susi kepada sahabatnya, Uni Lubis.
·       PERJALANAN BISNIS
                Menempuh status baru dari seorang pelajar menjadi pengangguran, jelas bukan suatu yan diharapkan oleh Susi Pujdiastuti. Sejatinya, tidak ada yang berharap tertimpa masalah, begitupun dengan wanita asal Pangandaran ini.
Tahun 1982, Susi meninggalkan bangku sekolahnya di SMA Negeri 1 Yogyakarta. Hanya berbekal ijazah SMP hatinya sempat ciut menatap masa depannya yang akan datang. Maka ditengah perang dingin dengan sang ayah, ia memulai bisnisnya sebagai penjual Badcover. Tekadnya untuk mandiri ia tunjukkan dengan tidak bergantung dengan siapapun. Susi memang keras kepala dan memiliki semangat independen yang tinggi. Sampai-sampai untuk modal bisnisnya, ia harus menjual perhiasannya yang berupa gelang dan cincin. Perhiasan tersebut adalah pemberian orangtuanya untuk dia. Maka setelah mendapat izin untuk menjual perhiasan yang sudah jadi haknya tersebu, Susi melepasnya dengan harga 750 ribu. Dari uang itulah ia bertarung dalam dunia dagang yang tak gampang.
                Selain bed cover, Susi juga berjualan cengkeh. Tapi karena keduanya tidak berkembang bagus, maka ia beralih profesi sebagai penjual ikan. Saat itu, ia tersadar bahwa ada potensi besar dalam dunia maritim yang membentang di sekitarnya. Bukankah Pngandaran adalah tempa pendaratan ikan yang amat potensial di pesisir pantai selatan Pulau Jawa? Bayangkan, tiap hari ada ratusan nelayan mendaratkan perahu-perahunya di pantai itu, dengan hasil ikan yang melimpah. Membayangkan semua itu, dada Susi terasa longgar karena artinya ada harapan baru bagi masa depannya.

#Penjual Ikan Sampai Bangun “Susi Brand”
                Di dunia ini agaknya tidak ada pekerjaan yang mudah dilakukan. Tapi seseorang akan merasa betah hanya jika ia senang dan mau bersyukur. Itulah gambaran awal dimana Susi memasuki dunia maritime. Tiap pagi di jam-jam tertentu, ia bersama pedagang lainnya berkerumun di TPI 9tempat pelelangan ikan)sebagai peserta lelang. Menjadi peserta lelang, ia harus memiliki kemampuan berpikir cepat dalam menaksir harga jual ikan-ikan itu akan dijual. Sehingga kecepatan tersebut akan menguntungkan dia dalam mengambil keputusan membeli iakn lelangan. Ketika pertama kali menjadi peserta lelang, bahkan ia hanya mendapatkan 1 kg ikan, yang ia jual ke resto kecil kenalannya. Meski bukan awal yang baik tapi Susi tetap pantang menyerah menggeluti profesi barunya tersebut. Ia pikir ia hanya butuh sabar dalam berproses. Sebagai pedagang Susi sadar betul dengan adanya untung dan rugi yang berjalan beriringan disampinya. Meskipun banyak keuntungan yang ia dapat, tapi kerugian tak luput terhindari.
                Setelah satu bulan berjualan ikan, selanjutnya Susi beralih menjadi pengepul ikan. Perkembangan yang luar biasa. Maka tidak heran jika satu tahun berlalu, Susi sudah bisa menguasai pasar Pangandaran dan Cilacap. Sebenarnya bukan saja bahagia karena usahanya kian maju, tapi juga karena hubungannya dengan sang ayah mulai membaik. Pada saat itulah ia bertemu dengan Yoyok uang menikahinya pada tahun 1983.
                Sebagai pemasok ikan yang cerdas, Susi menemukan kata kunci baru untuk mensiasat kemajuan bisnisnya. Ia menemukan kata segar. Ya hanya ikan segar yang akan laku keras di Jakarta. Tapi mana mungkin membawa ikan-ikannya tetap segar sedangkan jarak Pangandaran dan Jakarta tidak dekat? Untuk sampai ke Jakarta, ikan-ikannya harus menempuh perjalanan yang jaraknya ratusan kilometer. Ini jelas masalah besar dalam persaingan bisnis ikan-ikan segar. Maka dengan kejeniusannya, Susi menemukan solusi cerdas.
“Saya mulai mengusahakan mobil untuk mengangkut ikan-ikan yang berhasil saya kumpulkan,” katanya.
                Awalnya ia hanya menyewa mobil, sampai kemudian berhasil membeli truk. Untuk membawa ikan-ikannya ke Jakarta, ia melengkapi dengan system pendingin es batu. Ikan-ikan yang dibawa dari Pangandaran langsung ia drop ke pasar-pasar di Jakarta. Pilihan lokasi yang tepat, sebab tidak lama berselang ia dipercayai oleh beberapa pabrik untuk menjadi pemasok tetap ikan segar yang akan diekspor.
                Kejelian Susi berburu Lobster membuahkan hasil dengan berdirinya PT. ASI Pudjiastuti Marine Product pada tahun 1996. PT tersebut adalah pabrik pengolahan ikan dengan produk unggulan berupa lobster. Hasilnya menakjubkan! Tahun itu juga Susi mencatatkan diri sebagai pembisnis ikan dari Indonesia yang berhasil mengekspor lobster beku ke Jepang dengan labek Susi Brand.
                Dengan hadirnya Susi Brand, Susi juga menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat. Ada ratusan tenaga kerja local diserap pabriknya untuk menyiangi ikan. Seperti prinsipnya yang ramah lingkungan, meskipun mendirikan pabrik, ia tetap memperhatikan bagaimana penyaluran limbahnya denga baik.

·         BAHASA PENGARANG
Bahasa pengarang dalam buku ini menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga  mudah dipahami oleh pembaca atau dengan kata lain pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dapat dipahami langsung oleh pembaca.
·         KEUNGGULAN
Keunggulan buku ini membahas tentang betapa pentingnya kerja keras untuk kehidupan yang lebih baik lagi. Dan membuktikan bahwa wanita tidak dipandang sebelah mata, wanita yang mampu membuat dunia sangat mengaguminya atas kerja keras dan keuletannya dalam menjalani hidup. Dengan hidup mandiri dan kerja keras seseorang dapat dihargai. Pesan yang disampaikan sangat mudad dipahami oleh pembaca.
·         KELEMAHAN
Kelemahan dalam buku ini kurangnya memberikan pemahaman bagi pembaca khususnya para pemula sehingga pesan yang diutarakan oleh pengarang tidak tersampaikan pada pembaca.




Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar
RESENSI BUKU MERRY RIANA MIMPI SEJUTA DOLLAR






IDENTITAS BUKU
Judul                       : Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar
Pengarang             : Merry Riana
Penulis                    : Alberthine Endah
Penerbit                  : PT Gramedia Pustaka Utama
Tempat terbit         : Jakarta
Tahun terbit           : Cetakan keempatbelas edisi cover film, Desember 2014
Jumlah halaman    : 362 halaman

Titik awal keberhasilan adalah impian.
                 Buku karangan Merry Riana ini sangat menginspirasi para pembacanya untuk terus berusaha meraih kesuksesan yang diharapkan dan yang dicita-citakan. Saat ini Merry Riana merupakan wanita motivator No 1 di Indonesia karena kesuksesannya yang menginspirasi banyak orang baik di Singapura maupun di Indonesia.
                Dari seorang mahasiswi dengan ekonomi pas-pasan, Merry Riana, anak muda Indonesia, menjelma menjadi miliuner muda dan diakui sebagai pengusaha sukses, motivator yang sangat dinamis, serta pengarang buku terlaris di Singapura. Melewatkan masa kuliah yang penuh dengan keprihatinan finansial di Nanyang Technological University, Merry kemudian menciptakan perubahan paradigma berpikir dan memulai suatu perjuangan dengan konsep dan etos kerja keras luar biasa. Akhirnya, dia berhasil meraih penghasilan 1 juta dolar di usia 26 tahun.
Kini Merry ingin menciptakan dampak positif di dalam kehidupan banyak orang, terutama di Indonesia.

            “Hidup adalah sesuatu yang bergerak. Kekuatan manusia bukanlah sesuatu yang statis. Tuhan menganugerahkan segala fitur pembangkit keberhasilan di dalam tubuh dan pikiran kita. Aku bersyukur karena menyadari itu sejak muda untuk meraih sukses.”
Petikan kalimat Merry Riana itu menjadi prolog buku karya Alberthine Endah. Merry Riana yang terlahir dari keluarga yang sederhana dari seorang ayah yang sangat penyayang dan dari seorang ibu yang penuh perhatian dan penuh kasih membawanya sulit untuk berada jauh dari keduanya.
                Berawal dari Tragedi Trisakti tahun 1998, membawa Merry Riana terdampar di negeri orang. Keputusan untuk melanjutkan kuliah di Universitas Trisakti Jakarta tersebut harus pupus begitu saja karena keadaan yang tidak memungkinkan. Wilayah Jakarta yang saat itu sedang ada dalam kecaman, membuat semua orang merasa tidak tenang dan selalu dilanda kegelisahan. Ayahnya memutuskan untuk menyekolahkan Merry Riana di Nanyang Technological University (NTU) di negeri Singa, Singapura. Keputusan ayah adalah keputusan terbaik. Itulah harapan terakhir Marry Riana.
                Dengan berat hati, Merry Riana harus pergi meninggalkan keluarga dan negara Indonesia yang sangat dicintainya. Tidaklah mudah untuk bisa bertahan hidup di negeri orang. Berjuang mempertahankan hidup dengan segala keterbatasan hidup dan keterbatasan ekonomi. Krisis ekonomi moneter yang melanda Indonesia membuatnya harus pandai mengatur biaya hidup di negeri Singa itu.
 Kuliah hari pertama di NTU menyambutnya dengan peringatan jelas, betapa uang yang dimilikinya tidaklah berarti banyak. Uang yang dikeluarkan untuk pertama kalinya adalah saat ia memesan nasi goreng tanpa campuran apa-apa. Nasi goreng polos. Ia harus merelakan lembaran uang dolar pemberian ayahnya untuk membayar  nasi goreng dengan harga dua dolar atau setara dengan dua puluh ribu rupiah saat itu. Dua puluh ribu hanya untuk sepiring nasi goreng polos. Apalah arti 20 ribu rupiah. Tetapi bagi seorang mahasiswi dengan bekal uang pas-pasan dan dihadapkan pada tuntutan bertahan di masa yang akan panjang selama studi, itu adalah persoalan serius.
                Merry Riana tidak bisa selamanya mengandalkan uang kiriman dari kedua orangtuanya. Dia menyadari bahwa kiriman dari orangtua tidak selamanya cukup untuk mencukupi kebutuhan kuliah dan kebutuhan pribadinya. Meskipun sudah berusaha berhemat, namun kebutuhan tidaklah selamanya statis. Maka dari itu, dengan niat yang kuat ia memutuskan untuk bekerja. Pekerjaan pertama yang ia terima adalah sebagai pembagi brosur. Meskipun upah yang diterimanya tidaklah seberapa, yaitu 5 dolar dalam waktu satu jam.
                Dari pekejaan pertamanya, tidak memberikan rasa putus asa untuk Merry Riana terus bekerja dan bekerja. Ia pun pernah bekerja sebagai pelayan, kerja magang, menjadi sales, dan harus berjuang di jalanan hingga tengah malam dengan 20 presentasi dan rasa lelah yang selalu menyurutkan semangatnya untuk melanjutkan pekerjaannya. Beruntung Merry Riana memiliki seorang partner yang sangat setia menemani, memberikannya semangat dan motivasi untuk terus berjuang dan berusaha dalam mempertahankan hidup dengan bekerja mencari nafkah untuk menghidupi dirinya sendiri.
                Tak sia-sia. Dari semua pekerjaan yang ia jalani membawanya kedalam masa keemasannya. Dalam usia 26 tahun, ia bisa mendapatkan penghasilan finansial satu juta dolar, berhasil menjadi miliader muda, dan sukses mengembangkan organisasinya yaitu Merry Riana Organization (MRO) di Singapura, meraih beberapa penghargaan diantaranya Star Club President, Top Rookie Consultant of The Year Award, Top Manager of The Year Award dan Agency Development Award. Selain itu, tahun 2006 Marry Riana dianugrahiNanyang Outstanding Young Alumni Award oleh rektor NTU, kemudian pada tahun 2008 dianugerahi Spirit of Enterprise Award sebagai seorang pengusaha bisnis paling sukses di Singapura dan beberapa penghargaan lainnya.
                Jurus-jurus Merry Riana untuk sukses adalah 1) siapapun berhak sukses, 2) jangan pernah takut gagal, 3) berusahalah menjadi berbeda, 4) jeli dalam mengamati konsep kerja, 5) menghargai proses dan lihatlah hasilnya, 6) kebebasab fianansial-visi yang jelas, 7) disiplin adalah sebuah keharusan, 8) miliki passion, 9) peka pada peluang, 10) berhemat dan menabung dan 11) kekuatan iman.
·         KEUNGGULAN
Buku ini berisi pengalaman perjuangan Merry beserta hikmah yang sangat inspiratif dan bisa  diterapkan untuk mencapai sukses dalam kehidupan. Kunci kesuksesan dapat diraih dengan cara kita sendiri, dan harus dengan bersungguh-sungguh dan kerja keras agar dapat dicapai.
·         KELEMAHAN
Buku ini hanya dibaca oleh orang-orang tertentu saja. Seharusnya buku ini tidak dijual dengan harga cukup mahal, supaya bisa diminati oleh banyak orang yang ekonominya cukup rendah agar kesadaran membaca buku semakin meningkat dan bisa diterapkan dikehidupan sehari-hari.  


RESENSI BUKU

RESENSI BUKU “SUCCESS SPIRIT SUSI PUDJIAASTUTI PEREMPUAN LAUT.”
http://solusibuku.com/joimg/buku/757208IMG_0001.jpg



















IDENSTITAS BUKU
Judul Buku                       : SUCCESS SPIRIT SUSI PUDJIASTUTI PEREMPUAN LAUT
Penulis                              : Tikah Kumala
Penerbit                            : Rona Publishing
Cetakan                            : Pertama
Jumlah halaman               : 146 halaman
ISBN                                : 978-602-14935-8-8
Harga                               : Rp. 45.000

·         KEHIDUPAN PRIBADI.
                Januari 1965 bukanlah awal tahun yang bai bagi Indonesia. Di tengah inflasi yang meroket tajam, rakyat juga dibuat cemas oleh isu kudeta terhadap pemerintahan Soekarno. Jangankan eforia tahun baru yang menggebu-gebu, hari-hari justru melaju penuh ketegangan. Pada saat itulah, kondisi ekonomi negara dan rakyat benar-benar terpuruk. Ya, pada bulan Januari di tahun yang menyimpan sejarah kelam Indonesia inilah anak sulung pasangan H. Ahmad Karlan dan Hj. Suwuh Lasminah lahir. Ia dilahirkan di Pangandaran seminggu lebih satu hari pasca Bung Karno menyatakan bahwa Republik Indonesia keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
                Tanggal 15 Januari 1965 tepat dihari seorang petani bernama Soedarno diserbu dan dianiaya BTI di desa Gayam, Kediri, karena diangggap mengerjakan sawah sengketa-Susi Pudjiastuti lahir. Ia lahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Bagi kedua orangtuanya, kelahiran Susi seperti pendingin ruangan disaat cuaca negeri sedang panas-panasnya. Ia diberi nama Susi Pudjiastuti dengan harpan (kelak) akan mnjadi anak perempuan yang dipuji dan dihargai secara tulus. Sebagian orang percaya bahwa nama tak ubahnya sebuah doa. Mungkin begitulah yang terjadi pada susi. Seperti halnya Indonesia yang bersusah payah bangkit dari keterpurukan di tahun 1965, Susi pun demikian bersakit-sakit dahulu sebelum mencapai kesuksesan sekarang ini.
                Ketika Susi mnginjak tahun ke-7, Pangandaran masih sepi. Meski begitu Susi bisa dikatakan beruntung karena tumbuh ditengah keluarha yang berkecukupan. Tahun 1972 Susi memasuki bangku sekolah pertamanya di SD Negeri 8 Pangandaran. Setelah lulus dari SD, ia melanjutkan sekolah SMP Negeri 1 Pangandaran pada tahun 1978. Prestasi Susi di SD dan SMP sangat membanggakan. Ia selalu mengantongi juara kelasnya. Selain gemar belajar Susi kecil sangat suka membaca berbagai buku sehingga wawasannya sangat terpupuk.Seperti tidak ingin menyia-nyiakan kecerdasan anaknya, Ahmad Karlan kemudian mengirim Susi ke Jogjakarta untuk melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Jogjakarta pada tahun 1980, Sekolah tersebut merupakan SMA yang cukup bergengsi di Kota Gudeg.
                Selama di SMA Susi, Susi dikenal oleh teman-temannya sebagai pribadi yang baik hati, mandiri dan jujur. Meski kehidupan sosialnya baik-baik saja, akan tetapi ia merasa tidak cocok dengan kurikulum sekolahnya yang dirasa terlalu “mendikte”. Karakter Susi yang bebas dan memiliki semangat independensi tinggi membuat hatinya berontak. Ia merasa tidak berkembang berada di sekolah dengan system yang tidak disukainya. Barangkali karena kegelisahan itulah nilai sekolahnya menjadi kurang menonjol.
                Meskipun pikiran kritisnya terhadap kurikulum sekolah membuat dadanya sesak, tapi Susi tetap bertahan sampai naik ke kelas dua dan mengambil jurusan IPS. Ia menjalani aktivitas belajarnya seperti biasa. Akan tetapi, nasib malang menghampiri, selama di kelas dua ia sering sakit-sakitan karena pernah kecelakaan. Melihat anaknya sakit-sakitan, orangtua Susi kemudian memintanya pulang ke Pangandaran untuk berobat. Sebuah kepulangan yang tidak pernah disangka menjadi petanda buruk dari kepulangan lain. Pasalnya, saat harus kembali sekolah, Susi justru memilih sikap yang disesalkan banyak pihak. Terutama Ahmad Karlan yang sangat terpukul dan kecewa atas peristiwa tersebut. Memangnya, orangtua mana yang rela melihat anaknya drop outdi kelas dua SMA padahal ia orang berpunya? Tapi keputusan itu seperti paku yang ditancapkan kuat-kuat ke dinding tembok, sehingga tidak ada yang bisa menggoyangkannya.
                Tahun 1982, usia Susi 17 tahun dan tengah duduk di kelas dua semester genap. Ketika itu Indonesia sedang sibuk dengan pemilu yang akan digelar sekitar bulan Maret. Susi muda dengan pikiran kritis dan semangat menggebu-gebu melakukan demonstrasi menentang pemilu Orde Baru. Ia berjualan kaos golput dan mengajak masyarakat untuk tidak memberikan hak suaranya. Pilihan yang dinilai sangat berani oleh gadis yang masih bau kencur. Apalagi pada masa itu, gerakan golput adalah hal yang terlarang karena menentang penguasa yang sangat kuat. Akibat keberaniannya tersebut Susi harus mendapat peringatan keras yang membuat ia dikeluarkan dari sekolahnya. Bukan karena ia bodoh atau tersudut soal biaya, tapi Susi dikeluarkan karena adanya alasan politis, Bahkan tidak hanya dipecat dari sekolahnya tapi ada sumber lain yang mengatakan kalau Susi juga sempat ditahan karena kampanye golput. Kabar tersebut memang tidak benar-benar valid, tapi yang pasti Susi adalah salah satu dari sekian korban politik Orde Baru di tahun 1982.
                Meskipun ada ketakutan akan masa depannya yang hanya berijazah SMP, namun Susi tidak larut dalam penyesalan. Ia berpikir bahwa inilah konsekwensi dari pilihan hidupnya. Berangkat sekolah memang bukan tempat yang cocok untuk mencari sesuatu yang membuatnya lebih berkembang. Jadi, setelah drop out karena pilihannya tersebut, Susi pun benar-benar pulang ke kampong Pangandaran sebagau anak putus sekolah.
Tiga puluh dua tahun pasca kejadian tersebut, Susi harus kembali mengingat masa-masa suram dalam hidupnya. Sebagai public figure, banyak yang mempertanyakan penyebab ia berhenti sekolah di kelas dua SMA. Alasan-alasan yang dikonsumsi public pun beraneka ragam.
                Rabu tanggal 29 Oktober 2014, sebuah media menghubungi Subandiono, staf pengajar dan bagian hubungan masyarakat di SMA N 1 Jogjakarta. Dari keterangan yang diperoleh, alasan tentang keluarnya Susi tidak ditemukan di buku administrasi.
                Jalan hidup yang diambil Susi mengenai pendidikannya memang menimbulkan pro dan kontra di tahun 2014. Ada pihak yang mengacungi jempol karena tanpa ijazah sekalipun ia membuktikan pada dunia ia bisa sukses. Tapi pihak lain juga menuduh Susi sebaga orang yang tidak mementingkan pendidikan, sehingga dikhawatirkan dapat menjadi contoh buruk bagi generasi anak bangsa selanjutnya. Padahal sebenarnya Susi tidak pernah menafikan bahwa kesuksesan dia tanpa ijaah adalah faktor usaha keras dan keberuntungan. Ia mengakui bahwa di luar dirinya, masih banyak otang yang sukses karena berpendidikan tinggi. Bahkan ia sendiri sadar bahwa sekolah itu penting. Ia menyadari betul bahwa orang yang tidak tamat sekolahnya seperti dia harus berketja tiga kali lebih keras untuk tetap bertahan hidup. Seperti pengakuan Susi kepada sahabatnya, Uni Lubis.
·         PERJALANAN BISNIS
                Menempuh status baru dari seorang pelajar menjadi pengangguran, jelas bukan suatu yan diharapkan oleh Susi Pujdiastuti. Sejatinya, tidak ada yang berharap tertimpa masalah, begitupun dengan wanita asal Pangandaran ini.
Tahun 1982, Susi meninggalkan bangku sekolahnya di SMA Negeri 1 Yogyakarta. Hanya berbekal ijazah SMP hatinya sempat ciut menatap masa depannya yang akan datang. Maka ditengah perang dingin dengan sang ayah, ia memulai bisnisnya sebagai penjual Badcover. Tekadnya untuk mandiri ia tunjukkan dengan tidak bergantung dengan siapapun. Susi memang keras kepala dan memiliki semangat independen yang tinggi. Sampai-sampai untuk modal bisnisnya, ia harus menjual perhiasannya yang berupa gelang dan cincin. Perhiasan tersebut adalah pemberian orangtuanya untuk dia. Maka setelah mendapat izin untuk menjual perhiasan yang sudah jadi haknya tersebu, Susi melepasnya dengan harga 750 ribu. Dari uang itulah ia bertarung dalam dunia dagang yang tak gampang.
                Selain bed cover, Susi juga berjualan cengkeh. Tapi karena keduanya tidak berkembang bagus, maka ia beralih profesi sebagai penjual ikan. Saat itu, ia tersadar bahwa ada potensi besar dalam dunia maritim yang membentang di sekitarnya. Bukankah Pngandaran adalah tempa pendaratan ikan yang amat potensial di pesisir pantai selatan Pulau Jawa? Bayangkan, tiap hari ada ratusan nelayan mendaratkan perahu-perahunya di pantai itu, dengan hasil ikan yang melimpah. Membayangkan semua itu, dada Susi terasa longgar karena artinya ada harapan baru bagi masa depannya.

#Penjual Ikan Sampai Bangun “Susi Brand”
                Di dunia ini agaknya tidak ada pekerjaan yang mudah dilakukan. Tapi seseorang akan merasa betah hanya jika ia senang dan mau bersyukur. Itulah gambaran awal dimana Susi memasuki dunia maritime. Tiap pagi di jam-jam tertentu, ia bersama pedagang lainnya berkerumun di TPI 9tempat pelelangan ikan)sebagai peserta lelang. Menjadi peserta lelang, ia harus memiliki kemampuan berpikir cepat dalam menaksir harga jual ikan-ikan itu akan dijual. Sehingga kecepatan tersebut akan menguntungkan dia dalam mengambil keputusan membeli iakn lelangan. Ketika pertama kali menjadi peserta lelang, bahkan ia hanya mendapatkan 1 kg ikan, yang ia jual ke resto kecil kenalannya. Meski bukan awal yang baik tapi Susi tetap pantang menyerah menggeluti profesi barunya tersebut. Ia pikir ia hanya butuh sabar dalam berproses. Sebagai pedagang Susi sadar betul dengan adanya untung dan rugi yang berjalan beriringan disampinya. Meskipun banyak keuntungan yang ia dapat, tapi kerugian tak luput terhindari.
                Setelah satu bulan berjualan ikan, selanjutnya Susi beralih menjadi pengepul ikan. Perkembangan yang luar biasa. Maka tidak heran jika satu tahun berlalu, Susi sudah bisa menguasai pasar Pangandaran dan Cilacap. Sebenarnya bukan saja bahagia karena usahanya kian maju, tapi juga karena hubungannya dengan sang ayah mulai membaik. Pada saat itulah ia bertemu dengan Yoyok uang menikahinya pada tahun 1983.
                Sebagai pemasok ikan yang cerdas, Susi menemukan kata kunci baru untuk mensiasat kemajuan bisnisnya. Ia menemukan kata segar. Ya hanya ikan segar yang akan laku keras di Jakarta. Tapi mana mungkin membawa ikan-ikannya tetap segar sedangkan jarak Pangandaran dan Jakarta tidak dekat? Untuk sampai ke Jakarta, ikan-ikannya harus menempuh perjalanan yang jaraknya ratusan kilometer. Ini jelas masalah besar dalam persaingan bisnis ikan-ikan segar. Maka dengan kejeniusannya, Susi menemukan solusi cerdas.
“Saya mulai mengusahakan mobil untuk mengangkut ikan-ikan yang berhasil saya kumpulkan,” katanya.
                Awalnya ia hanya menyewa mobil, sampai kemudian berhasil membeli truk. Untuk membawa ikan-ikannya ke Jakarta, ia melengkapi dengan system pendingin es batu. Ikan-ikan yang dibawa dari Pangandaran langsung ia drop ke pasar-pasar di Jakarta. Pilihan lokasi yang tepat, sebab tidak lama berselang ia dipercayai oleh beberapa pabrik untuk menjadi pemasok tetap ikan segar yang akan diekspor.
                Kejelian Susi berburu Lobster membuahkan hasil dengan berdirinya PT. ASI Pudjiastuti Marine Product pada tahun 1996. PT tersebut adalah pabrik pengolahan ikan dengan produk unggulan berupa lobster. Hasilnya menakjubkan! Tahun itu juga Susi mencatatkan diri sebagai pembisnis ikan dari Indonesia yang berhasil mengekspor lobster beku ke Jepang dengan labek Susi Brand.
                Dengan hadirnya Susi Brand, Susi juga menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat. Ada ratusan tenaga kerja local diserap pabriknya untuk menyiangi ikan. Seperti prinsipnya yang ramah lingkungan, meskipun mendirikan pabrik, ia tetap memperhatikan bagaimana penyaluran limbahnya denga baik.

·         BAHASA PENGARANG
Bahasa pengarang dalam buku ini menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga  mudah dipahami oleh pembaca atau dengan kata lain pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dapat dipahami langsung oleh pembaca.
·         KEUNGGULAN
Keunggulan buku ini membahas tentang betapa pentingnya kerja keras untuk kehidupan yang lebih baik lagi. Dan membuktikan bahwa wanita tidak dipandang sebelah mata, wanita yang mampu membuat dunia sangat mengaguminya atas kerja keras dan keuletannya dalam menjalani hidup. Dengan hidup mandiri dan kerja keras seseorang dapat dihargai. Pesan yang disampaikan sangat mudad dipahami oleh pembaca.
·         KELEMAHAN
Kelemahan dalam buku ini kurangnya memberikan pemahaman bagi pembaca khususnya para pemula sehingga pesan yang diutarakan oleh pengarang tidak tersampaikan pada pembaca.



Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar
RESENSI BUKU MERRY RIANA MIMPI SEJUTA DOLLAR

http://4.bp.blogspot.com/-gpeIRbq3hbc/VV1lT1hAFdI/AAAAAAAAAC8/8PXhp7Bt9wQ/s320/mr.jpg
IDENTITAS BUKU
Judul                       : Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar
Pengarang             : Merry Riana
Penulis                    : Alberthine Endah
Penerbit                  : PT Gramedia Pustaka Utama
Tempat terbit         : Jakarta
Tahun terbit           : Cetakan keempatbelas edisi cover film, Desember 2014
Jumlah halaman    : 362 halaman

Titik awal keberhasilan adalah impian.
                 Buku karangan Merry Riana ini sangat menginspirasi para pembacanya untuk terus berusaha meraih kesuksesan yang diharapkan dan yang dicita-citakan. Saat ini Merry Riana merupakan wanita motivator No 1 di Indonesia karena kesuksesannya yang menginspirasi banyak orang baik di Singapura maupun di Indonesia.
                Dari seorang mahasiswi dengan ekonomi pas-pasan, Merry Riana, anak muda Indonesia, menjelma menjadi miliuner muda dan diakui sebagai pengusaha sukses, motivator yang sangat dinamis, serta pengarang buku terlaris di Singapura. Melewatkan masa kuliah yang penuh dengan keprihatinan finansial di Nanyang Technological University, Merry kemudian menciptakan perubahan paradigma berpikir dan memulai suatu perjuangan dengan konsep dan etos kerja keras luar biasa. Akhirnya, dia berhasil meraih penghasilan 1 juta dolar di usia 26 tahun.
Kini Merry ingin menciptakan dampak positif di dalam kehidupan banyak orang, terutama di Indonesia.

            “Hidup adalah sesuatu yang bergerak. Kekuatan manusia bukanlah sesuatu yang statis. Tuhan menganugerahkan segala fitur pembangkit keberhasilan di dalam tubuh dan pikiran kita. Aku bersyukur karena menyadari itu sejak muda untuk meraih sukses.”
Petikan kalimat Merry Riana itu menjadi prolog buku karya Alberthine Endah. Merry Riana yang terlahir dari keluarga yang sederhana dari seorang ayah yang sangat penyayang dan dari seorang ibu yang penuh perhatian dan penuh kasih membawanya sulit untuk berada jauh dari keduanya.
                Berawal dari Tragedi Trisakti tahun 1998, membawa Merry Riana terdampar di negeri orang. Keputusan untuk melanjutkan kuliah di Universitas Trisakti Jakarta tersebut harus pupus begitu saja karena keadaan yang tidak memungkinkan. Wilayah Jakarta yang saat itu sedang ada dalam kecaman, membuat semua orang merasa tidak tenang dan selalu dilanda kegelisahan. Ayahnya memutuskan untuk menyekolahkan Merry Riana di Nanyang Technological University (NTU) di negeri Singa, Singapura. Keputusan ayah adalah keputusan terbaik. Itulah harapan terakhir Marry Riana.
                Dengan berat hati, Merry Riana harus pergi meninggalkan keluarga dan negara Indonesia yang sangat dicintainya. Tidaklah mudah untuk bisa bertahan hidup di negeri orang. Berjuang mempertahankan hidup dengan segala keterbatasan hidup dan keterbatasan ekonomi. Krisis ekonomi moneter yang melanda Indonesia membuatnya harus pandai mengatur biaya hidup di negeri Singa itu.
                Kuliah hari pertama di NTU menyambutnya dengan peringatan jelas, betapa uang yang dimilikinya tidaklah berarti banyak. Uang yang dikeluarkan untuk pertama kalinya adalah saat ia memesan nasi goreng tanpa campuran apa-apa. Nasi goreng polos. Ia harus merelakan lembaran uang dolar pemberian ayahnya untuk membayar  nasi goreng dengan harga dua dolar atau setara dengan dua puluh ribu rupiah saat itu. Dua puluh ribu hanya untuk sepiring nasi goreng polos. Apalah arti 20 ribu rupiah. Tetapi bagi seorang mahasiswi dengan bekal uang pas-pasan dan dihadapkan pada tuntutan bertahan di masa yang akan panjang selama studi, itu adalah persoalan serius.
                Merry Riana tidak bisa selamanya mengandalkan uang kiriman dari kedua orangtuanya. Dia menyadari bahwa kiriman dari orangtua tidak selamanya cukup untuk mencukupi kebutuhan kuliah dan kebutuhan pribadinya. Meskipun sudah berusaha berhemat, namun kebutuhan tidaklah selamanya statis. Maka dari itu, dengan niat yang kuat ia memutuskan untuk bekerja. Pekerjaan pertama yang ia terima adalah sebagai pembagi brosur. Meskipun upah yang diterimanya tidaklah seberapa, yaitu 5 dolar dalam waktu satu jam.
                Dari pekejaan pertamanya, tidak memberikan rasa putus asa untuk Merry Riana terus bekerja dan bekerja. Ia pun pernah bekerja sebagai pelayan, kerja magang, menjadi sales, dan harus berjuang di jalanan hingga tengah malam dengan 20 presentasi dan rasa lelah yang selalu menyurutkan semangatnya untuk melanjutkan pekerjaannya. Beruntung Merry Riana memiliki seorang partner yang sangat setia menemani, memberikannya semangat dan motivasi untuk terus berjuang dan berusaha dalam mempertahankan hidup dengan bekerja mencari nafkah untuk menghidupi dirinya sendiri.
                Tak sia-sia. Dari semua pekerjaan yang ia jalani membawanya kedalam masa keemasannya. Dalam usia 26 tahun, ia bisa mendapatkan penghasilan finansial satu juta dolar, berhasil menjadi miliader muda, dan sukses mengembangkan organisasinya yaitu Merry Riana Organization (MRO) di Singapura, meraih beberapa penghargaan diantaranya Star Club President, Top Rookie Consultant of The Year Award, Top Manager of The Year Award dan Agency Development Award. Selain itu, tahun 2006 Marry Riana dianugrahiNanyang Outstanding Young Alumni Award oleh rektor NTU, kemudian pada tahun 2008 dianugerahi Spirit of Enterprise Award sebagai seorang pengusaha bisnis paling sukses di Singapura dan beberapa penghargaan lainnya.
                Jurus-jurus Merry Riana untuk sukses adalah 1) siapapun berhak sukses, 2) jangan pernah takut gagal, 3) berusahalah menjadi berbeda, 4) jeli dalam mengamati konsep kerja, 5) menghargai proses dan lihatlah hasilnya, 6) kebebasab fianansial-visi yang jelas, 7) disiplin adalah sebuah keharusan, 8) miliki passion, 9) peka pada peluang, 10) berhemat dan menabung dan 11) kekuatan iman.
·         KEUNGGULAN
Buku ini berisi pengalaman perjuangan Merry beserta hikmah yang sangat inspiratif dan bisa  diterapkan untuk mencapai sukses dalam kehidupan. Kunci kesuksesan dapat diraih dengan cara kita sendiri, dan harus dengan bersungguh-sungguh dan kerja keras agar dapat dicapai.
·         KELEMAHAN
Buku ini hanya dibaca oleh orang-orang tertentu saja. Seharusnya buku ini tidak dijual dengan harga cukup mahal, supaya bisa diminati oleh banyak orang yang ekonominya cukup rendah agar kesadaran membaca buku semakin meningkat dan bisa diterapkan dikehidupan sehari-hari.